Memahami Sandi

Saya termasuk orang yang cukup lama mengamati Sandiaga Uno, atau kita sepakati dulu bersama, memanggil beliau dengan Bang Sandi. Perkenalan atau pengamatan Bang Sandi dimulai ketika saya kuliah sambil kerja. Sosok anak muda yang dikenal sebagai Putra dari Ibu Mien Uno, memiliki karakter yang khas dan karismatik. Masih ingat ketika Bang Sandi memiliki bisnis dan investasi dalam perbankan. Aktifnya beliau juga didukung dengan pengalaman bergaul dengan anak muda. Cukup sering juga Bang Sandi memberikan tips-tips kewirausahaan. Sampai pada waktunya Bang Sandi masuk ke jalur politik.

Dalam jalur politik, saya memilih untuk ‘jaga jarak’, melihat dan memantau beliau dari jauh. Ada sedikit kesan dan gambaran pribadi dari saya, sayang kalau harus merelakan sosok Bang Sandi yang sebelumnya ditunggu aksi di dunia kewirausahaan. Khususnya di usia muda, namun, pada akhirnya Bang Sandi lebih memantabkan dirinya ke jalur politik. Dimulai menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, kemudian mencalonkan diri menjadi Wakil Presiden bersanding dengan Bapak Prabowo Subianto.

Pada hari Selasa, 9 Juni 2020, saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi Host dalam diskusi kewirausahaan di kantor. Tawaran ini datang dari partner kerja saya di FIKOM Budi Luhur, yaitu Mas Haronas. Apa yang saya lakukan setelah itu? sebagai “pemanasan” saya mencoba untuk mencari literatur yang pas untuk bisa mendalami awal sosok Bang Sandi. Bertemulah saya dengan sebuah buku berjudul: Kerja Tuntas Kerja Ikhlas – One Way Ticket to Success. Sebuah buku terbitan Gramedia karya Bang Sandi dengan Valentina Wikan sebagai Editor. Buku ini mudah dibaca, karena dengan gaya bahasa yang renyah, mudah diikuti alurnya, buku ini seperti menjadi bahan atau modal untuk lebih dekat dan intim dengan Bang Sandi. Beberapa quote motivasi juga disertakan dalam beberapa lembaran, disisipkan dalam bagian yang dirasakan sesuai dengan narasi yang sedang disampaikan.

Quote yang pertama ‘menyodok’ saya pertama adalah: kegagalan sering kali adalah ancang-ancang yang diberikan Sang Pencipta agar kita meraih mimpi yang lebih tinggi. Menarik sekali, karena siapa sih insan manusia yang tidak pernah gagal? Semua akan mengalami kegagalan, cukup banyak, namun tidak sedikit juga yang merasakan sulitnya bisa bangkit dari kegagalan. Bang Sandi sebagai sosok wirausaha muda, dalam bukunya memberikan pengalaman pribadinya ketika harus melewati beragam rintangan, hambatan, kegagalan. 

Saya selama ini sebagai tenaga pengajar juga diberikan kepercayaan untuk mengawal mata kuliah Berpikir Kreatif dan Wirausaha Kreatif. Bagi saya, dunia kreatif merupakan hal yang memberikan suntikan dan motivasi besar untuk saya ketika menjalani dan mengarungi kehidupan. Saya cukup bersyukur, sejak kecil sudah mengalami banyak terpaan masalah. Apalagi, ketika ayah meninggal dunia saat saya SMP. Bersama dengan ibu yang berperan single parent, saya berusaha untuk mengatasi segala kesulitan dan ketakutan. Setiap menemui kesulitan, saya harus berpikir keras untuk segera mencari jalan keluar. Saya mengalami banyak terpaan, sama halnya dengan Bang Sandi. Semangat dan motivasi itu membara ketika mindset kita muncul karena: tantangan perlu dicari, kalau perlu diciptakan. Quote lagi yang saya ambil dari buku Bang Sandi. Dalam berkarir, ibu menjadi sosok yang dianggap memiliki peran besar. Demikian halnya dengan kisah Ibunda Bang Sandi, semasa muda, Ibu Mien Uno pernah berkorban demi keluarga, tepatnya ketika Ayahnda Bang Sandi harus berkarir di Sumatra. Ibunda Bang Sandi memutuskan untuk menunda cita-citanya menjadi pendidik. Pesan yang tersampaikan secara tersirat dalam kisah Ibunda Bang Sandi adalah: menunda tidak sama dengan kegagalan, kebanyakan orang gagal bukan karena melewatkan kesempatan tetapi karena tidak cukup sabar menunggu saat yang tepat

Berbicara mengenai berpikir kreatif, konsep itu sepertinya sesuai dengan mindset yang selama ini dibangun oleh Bang Sandi. Seperti pesan yang muncul dalam bukunya, bahwa teknologi bisa jadi akan menggantikan peran manual kerja manusia, namun, gagasan dan imajinasi yang mengawali semuanya senantiasa diawali oleh usaha berpikir manusia. Berpikir kreatif menjadi modal utama yang merupakan sumber daya tak terbarukan oleh manusia. Pemikir kreatif, disebut juga sebagai aset terpenting dalam berwirausaha. Seperti aktivitas Bang Sandi selama pandemi Covid-19 ini, Bang Sandi juga terbukti tidak putus untuk selalu bergerak memberikan inspirasi dan motivasi kepada banyak orang. Bang Sandi tetap menyempatkan diri untuk hadir dalam webinar, diskusi melalui aplikasi media sosial, diskusi melalui channel youtube, bahkan Bang Sandi pun kreatif hadir dalam ruang dengar media baru podcast dan channel youtube yaitu podcastruangsandi. 

Ada yang menarik didalami dari quote lain yang ditampilkan Bang Sandi dalam bukunya. Di antara sekian banyak quote, salah satu yang menarik dibahas adalah tentang peran kearifan lokal. Dalam buku tercantum: tugas yang paling sulit dalam hidup bukanlah menemukan jawaban dari suatu persoalan, melainkan, berani untuk bertanya bahkan kepada mereka yang dianggap tertinggal jauh di belakang, yaitu kearifan lokal. Semangat ini tercermin sebenarnya dari program kewirausahaan yang digaungkan Bang Sandi, seperti dulu Program Oke-Oce. Banyak yang mengetahuinya bukan? Ini merupakan program kewirausahaan yang basisnya dimulai dari lingkungan rumah serta didukung basis silaturahim. Menarik, dalam kesempatan salah satu diskusi Bang Sandi, menyampaikan bahwa peran silaturahim dalam sukseskan kewirausahaan juga perlu diangkat karena ini juga sesuai dengan karakter khas Indonesia.

Untuk teman-teman yang ingin melihat rekaman event-nya:

Referensi:
Uno, Sandiaga. (2017). Kerja Tuntas Kerja Ikhlas One Way to Success. Gramedia